Sejak pensiun, ayah saya rajin berolahraga. Sudah dua tahun ini tiap pagi dia berkeliling taman dekat rumah. Ayah saya penderita diabetes melitus, penyakit tersebut terdiagnosis sejak lima tahun lalu. Namun, karena kesibukan kerja, pengendalian diabetesnya kurang optimal. Ayah makan siang di kantor dan kadang juga makan pagi di sana. Makannya tidak menuruti nasihat ahli gizi sehingga diabetes melitusnya kurang terkendali. Pemeriksaan gula darah beliau masih naik-turun.
Ayah juga sudah punya penyakit jantung koroner sejak berumur 48 tahun. Pada konsultasi dengan dokter mata, hasilnya baik, dan pemeriksaan fungsi ginjal juga masih baik. Sebulan yang lalu, ayah tertusuk benda tajam ketika jalan pagi. Luka tidak diobati dengan baik, hanya dengan dicuci dan diberi cairan pencuci hama.
Beberapa hari kemudian, badan beliau panas dan lukanya bernanah. Saya segera membawanya ke rumah sakit yang biasa mengobati diabetes beliau. Lukanya dibersihkan dan diberi antibiotik yang cukup kuat. Namun, ternyata lukanya setelah dibersihkan menjadi agak lebar. Kata dokter kemungkinan penyembuhannya akan lama. Ayah juga diminta mengendalikan gula darah dengan baik, menjaga kebersihan, dan menghindari trauma.
Saya sering membaca bahwa luka pada penderita diabetes sulit disembuhkan. Bahkan, penderita diabetes melitus yang mengalami luka pada kaki acap kali harus dioperasi. Bagaimana mencegah luka pada penderita diabetes, khususnya luka pada kaki? Benarkah luka pada kaki penderita diabetes sulit disembuhkan? Kapan kaki yang luka memerlukan operasi? Terima kasih.
M di J
Kaki penderita diabetes memang perlu mendapat perhatian agar pemeliharaannya dapat dilakukan dengan benar. Kaki penderita diabetes acap kali mengalami gangguan peredaran darah (vaskular) dan gangguan persarafan (neuropati). Selain itu, juga dapat terjadi infeksi. Ketiga keadaan ini menyebabkan penyembuhan luka pada kaki penderita menjadi lebih sulit dan memerlukan penatalaksanaan yang melibatkan berbagai bidang keahlian. Karena itu, amat penting pemahaman dan pengamalan untuk mencegah terjadinya luka pada kaki penderita diabetes.
Trauma pada kaki dapat terjadi karena menggunting kuku terlalu pendek, penggunaan sepatu yang tidak pas, serta luka karena benda tajam. Sebagian orang beranggapan, berjalan kaki tanpa alas akan dapat merangsang peredaran darah, bahkan mereka berjalan di atas kerikil yang tajam. Sebenarnya tindakan ini berisiko melukai telapak kaki, dan luka tersebut juga dapat terinfeksi. Jika terjadi infeksi, acap kali pengendalian infeksi tidak mudah.
Pada diabetes melitus yang tidak terkontrol, kekebalan tubuh dapat menurun sehingga keadaan ini juga mempersulit penyembuhan infeksi. Infeksi yang tidak terkendali dapat melebar, bahkan mengenai otot dan tulang. Jika tulang terkena infeksi, diperlukan antibiotik yang khusus karena antibiotik tersebut perlu untuk dapat menembus tulang. Jika luka terlalu lebar, adakalanya diperlukan operasi plastik. Kulit yang terbuka lebar ditutup dengan mengambil kulit dari bagian tubuh lainnya, misalnya dari kulit paha.
Amputasi
Jika terjadi kematian jaringan yang disebut gangren, kulit menjadi kehitaman karena tidak mendapat suplai darah. Pada keadaan yang berat, adakalanya kaki yang mengalami gangren ini perlu dioperasi. Pemotongan kaki dapat dilakukan di bawah lutut, tetapi kadang-kadang di atas lutut. Sudah tentu keadaan ini amat menyulitkan pasien.
Pengalaman di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sebagian besar kaki diabetes yang mengalami perawatan di rumah sakit pasiennya datang dalam keadaan terlambat. Ketika terjadi trauma atau luka, pasien mengobati sendiri lukanya dengan berbagai cara. Faktor biaya biasanya memperlambat pasien mencari dokter. Barulah jika upaya mengobati diri sendiri ini gagal, biasanya pasien akan berobat ke dokter. Pada saat itu, luka biasanya sudah buruk dan memerlukan perawatan rumah sakit. Jika dirawat di rumah sakit, biasanya perawatan cukup lama, sekitar 25 persen perawatannya lebih daripada sebulan.
Sekitar 50 persen luka disebabkan faktor mekanik, seperti sepatu, kuku, dan jatuh. Hanya sekitar sepertiga yang mengalami luka spontan. Dengan demikian, sebenarnya sebagian luka akan dapat dicegah jika pasien memahami bagaimana memelihara kesehatan kaki.
Hasil pengobatan, menurut penelitian di RSCM, masih kurang memuaskan. Angka kematian sekitar 4 persen. Amputasi, walaupun amat dihindari, terpaksa dilakukan dengan persentase amputasi besar 2,1 persen dan amputasi kecil sekitar 6,4 persen. Untunglah sekitar 30 persen pasien yang tidak diamputasi dapat sembuh dengan baik dan 34 persen sembuh dengan bantuan cangkok kulit.
Faktor infeksi merupakan faktor utama dalam pemburukan keadaan luka, sedangkan gangguan aliran darah menyumbang 10 persen, baik berupa gangguan pembuluh darah perifer yang ringan maupun sedang. Setelah pemulangan pasien, masih diperlukan rehabilitasi agar pasien dapat aktif kembali. Di RSCM tersedia klinik kaki diabetes yang merupakan layanan terpadu permasalahan kaki diabetes di bawah satu atap. Layanan ini melibatkan berbagai ahli, termasuk spesialis penyakit dalam, bedah, dan rehabilitasi medis.
Penyembuhan luka juga memerlukan pengendalian vaskuler, metabolik, luka, infeksi, dan lain-lain. Melihat data dari RSCM, kita perlu menjaga agar kaki penderita diabetes dapat terpelihara dengan baik. Penyuluhan terhadap pasien merupakan hal penting. Jika terjadi suatu perubahan pada kaki, penderita diabetes harus segera berkonsultasi dengan dokter agar jangan sampai terjadi luka yang sukar diatasi.
Kita sudah tentu harus berusaha menurunkan angka amputasi akibat luka diabetes serendah mungkin. Dengan demikian, diharapkan kualitas hidup penderita dapat terjaga. Karena itu, pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes melitus adalah penyuluhan, pengendalian makanan, olahraga, serta obat pengendali gula darah dan obat lain yang diperlukan.
Jika diabetes dapat ditemukan secara dini dan pasien dapat mengamalkan gaya hidup sehat sesuai dengan penatalaksanaan diabetes, komplikasi diabetes diharapkan dapat dicegah, termasuk permasalahan pada kaki penderita diabetes.
Sumber: kompas.com