naturindonesia.com

  • Increase font size
  • Default font size
  • Decrease font size
Baner

Diabetes Meningkat karena Wohlstandssyndrom

Dun Afrika Selatan

Saat ini penyakit diabetes Melitus (DM) yang di masyarakat dikenal dengan penyakit kencing manis semakin banyak dijumpai pada penduduk Indonesia. Fenomena peningkatan jumlah penderita DM ini juga dialami oleh negara-negara maju lainnya 40-50 tahun yang lalu saat mereka mulai mengalami kemajuan ekonomi yang cukup pesat. Mungkinkah Indonesia mengalami Wohlstandssyndrom?

20 Juta DM di Indonesia Angka kesakitan penyakit DM meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data statistik tahun 1995 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terdapat 135 juta penderita DM di seluruh dunia. Tahun 2025 jumlah DM diperkirakan akan melonjok lagi mencapai sekitar 230 juta. Angka mengejutkan dilansir oleh beberapa Perhimpunan Diabetes Internasional memprediksi jumlah penderita DM lebih dari 220 juta penderita di tahun 2010 dan lebih 300 juta di tahun 2025.

Bagaimana halnya di Indonesia? Angkanya tak kalah “seramnya”. Data dari WHO tahun 2002 diperkirakan terdapat lebih dari 20 juta penderita DM di tahun 2025. Tahun 2030 angkanya bisa melejit mencapai 21 juta penderita. Bahkan WHO menyebutkan, jumlah penderita DM di Indonesia menduduki ranking empat setelah India, China, dan Amerika Serikat.

Dr. med. Benny Santosa, Sp.PD dari RS. Gading Pluit, Jakarta, mengemukakan hal tersebut bukanlah sesuatu yang aneh. “Malah yang saya kuatirkan adalah terjadinya penyakit epidemik global (pandemik) dari pernyakit-penyakit non infeksi seperti DM, obesitas, hipertensi, hiperlipidemia dan sebagainya,” terang Dr. med. Benny Santosa dalam seminar awam Diabetes dalam Keluarga.

Benny mengatakan, meningkatnya kejadian DM di negara-negara tersebut termasuk Indonesia adalah akibat dari peningkatan kemakmuran di negara-negara tersebut dengan perubahan pola hidup terutama di kota-kota besar. Fenomena peningkatan jumlah penderita DM ini juga dialami oleh negara-negara maju lainnya 40-50 tahun yang lalu saat mereka mulai mengalami kemajuan ekonomi yang cukup pesat. Ahli metabolik Jerman, Mehnert mengistilahkan dengan nama “Wohlstandssyndrom” (“sindroma kemakmuran”).

“Pola hidup masyarakat Indonesia sudah agak sedikit bergeser. Dahulu orang suka makan ikan sekarang lebih doyan menyantap makanan siap saji. Aktifitas sehari-hari juga dapat mempengaruhi meningkatnya prevalensi penderita,” ucap Benny.

Tidak Bisa Sembuh Tapi Bisa Dikontrol

Saat ini yang namanya penyakit DM belum dapat disembuhkan namun dengan penanganan yang baik penyakit DM bisa dikontrol dengan memperbaiki kebiasaan makan diabetesi. “Pada dasarnya pola makan diabetesi sama seperti orang normal. Diet seimbang dengan komposisi yang tepat,” ujar Dr. Nanny Venska, MS., SpGK, ahli gizi RS. Gading Pluit, Jakarta. Perinciannya karbohidrat (60-70 %), protein (10 - 15 %) dan lemak (20 - 25%).

“Mungkin yang beda dan perlu diperhatikan adalah jumlah porsi makan sehari-hari haruslah tetap, jadwal makan harus teratur dan jenis makanan yang dipilih harus tepat,” terang Nanny.

Untuk sumber karbohidrat yang dipilih, ia menyarankan untuk mengkonsumsi jenis karbohidrat komplek, misalkan nasi, kentang, mie, bihun, pasta dan lain-lain. ”Karbohidrat sederhana seperti gula pasir masih bisa digunakan dalam masakan. Maksimal kurang dari lima persen dari total kalori.” ucapnya. “Porsi karbohidrat yang dikonsumsi berpengaruh dalam meningkatkan kadar gula darah dibandingkan jenis karbohidrat yang dikonsumsi,” sambung Nanny lagi.

Konsumsi Protein Hewani dan Nabati

Penderita diabetesi perlu juga mengkonsumsi sumber protein hewani seperti ikan, ayam tanpa kulit, putih telur, dan daging. Sedangkan dari nabati berupa kacangan-kacangan dan produknya seperti tahu, dan tempe. “Diabetesi dengan gangguan fungsi ginjal, asupan protein perlu dibatasi,” pesan Nanny.

Lemak juga perlu dikonsumsi bagi diabetesi. Lemak yang dipilih adalah lemak tak jenuh seperti minyak kanola dan minyak zaitun.”Lemak jenuh cukup dikonsumsi kurang dari sepuluh persen dari total kalori. Mengingat resiko terjadinya penyakit jantung pada diabetesi satu setengah kali lebih tinggi dari orang yang tidak diabetesi,” ungkap Nanny. Lebih lanjut ia mengemukakan, selain rendah lemak, kolesterol perlu dikonsumsi kurang dari 300 mg dalam sehari. “Makanlah ayam tanpa kulit, kuning telur cukup dikonsumsi dua butir saja dalam seminggu. Ingat, hindari makan jeroan, kerang, udang, kepiting yang kandungan kolesterolnya cukup tinggi,” tegas Nanny.

Jangan Remehkan Buah dan Sayur

Asupan serat dari buah dan sayuran juga sangat diperlukan untuk tubuh, minimal 25 gr setiap harinya. Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari lauk, sayur dan buah. Bila asupan cukup makan suplemen tidak diperlukan. “Suplemen diperlukan pada masa pertumbuhan, ibu hamil atau menyusui dan orang lanjut usia,” tandas Dr. Nanny Venska, MS., SpGK.

Jumlah energi (kalori) yang dibutuhkan oleh tubuh untuk sumber tenaga tidaklah sama untuk masing-masing individu. Hal ini kata Nanny dipengaruhi oleh banyak faktor seperti berat badan, umum, jenis kelamin, jenis aktifitas dan stres. Namun dengan formula yang tepat diharapkan kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik. “Variasi makanan sangat perlu soalnya tak ada satu jenis makanan pun yang mengandung semua zat gizi oleh tubuh kita. Dengan berbagai jenis macam jenis makanan memungkinkan asupan gizi yang lengkap yang sangat diperlukan oleh tubuh,” ujar Nanny.

Untuk waktu makan, ia menyarankan sebaiknya teratur dan tidak menunda makan maupun mengakumulasi porsi makanan dalam sekali makan. “Jumlah makanan sehari dibagi tiga kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan,”paparnya. “Ingat 3J, Jumlah tepat, Jadwal teratur dan Jenis tepat,” imbuh Nanny.

Selain pengaturan makanan, olahraga memegang peran penting dalam terapi diabetes. Akan tetapi diabetesi perlu memeriksa kadar gula darahnya sebelum melakukan olahraga. “Olahraga tidak boleh dilakukan bila kadar gula lebih dari 250 mg/dl. Bila kadar gula darag kurang dari 100 mg/dl sebaiknya mengkonsumsi makanan kecil sebelum melakukan olahraga,” pinta Nanny. Disamping itu hentikan segera kegiatan olahraga bila dirasakan ada gejala lapar, debar-debar, pusing, berkeringat, gelisah, gemetar dan kesadaran menurun.
“Bisa jadi itu merupakan tanda hipoglikemi. Atasi keadaan ini dengan minum air bergula,” kata Dr. Nanny Venska, MS., SpGK, ahli gizi dari RS. Gading Pluit, Jakarta. (fer)

 

Diambil dari: resto.co.id

Menyembuhkan Kanker, Tumor, Kista dan Sel-sel Ganas Lainnya
keladi tikus

Keladi Tikus : memperbaiki sistem pertahanan tubuh sehingga sistem pertahanan mampu menghancurkan sel-sel kanker, menghambat pertumbuhan sel kanker termasuk melawan duplikasi sel ganas, mereduksi radikal bebas penyebab kanker, dan menghambat akibat buruk dari kemoterapi (rambut rontok, mual dsb).

Saran: Konsumsi – Minum Keladi Tikus Segar (Jus Keladi Tikus) telah terbukti lebih efektif dibandingkan dengan semua produk hasil olahannya (extrak maupun plus). Untuk itu usahakan Anda membuat Jus Keladi Tikus sendiri. Karena lebih manjur dan tidak perlu mengeluarkan biaya (sebenarnya mudah didapatkan di banyak tempat yang tumbuh liar). Minumlah kapsul keladi tikus hanya bila tidak sempat membuat jus-nya saja. Selain itu keladi tikus tidak bisa dibuat jamu godog karena efektifitasnya akan turun drastic (hilang). Anda juga bisa budidaya sendiri dengan mudah

 

 

 

 


Logo Maker
Loading
free counters
Free counters

Website saya nilaiRp 40.88 Juta