naturindonesia.com

  • Increase font size
  • Default font size
  • Decrease font size


 

Melongok Budidaya Rosela di Desa Timbang Leksono

Tanaman rosela (hisbiscus sabdariffa) tidak hanya cantik sebagai penghias halaman rumah. Bunga ini memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan karena mengandung berbagai vitamin yang diperlukan tubuh. Di Wonosobo hanya beberapa petani yang membudidayakan tanaman yang juga penghasil serat tersebut. Salah satunya Payadi, warga Desa Timbang Kecamatan Leksono.

Saat ini bunga rosela memiliki prospek yang menjanjikan baik di pasar dalam maupun luar negeri. Kelopak bunga itu mengandung vitamin A, C dan asam amino, juga protein dan kalsium. Manfaatnya bagi kesehatan antara lain sebagai antioksidan atau pencegah kanker, radang, mengendalikan tekanan darah, memperlancar buang air besar.

Tak heran, bila tanaman ini kembali popular di Indonesia. Tiga tahun lalu Payadi warga Desa Timbang, Leksono memulai membudidayakan rosela. Awalnya hanya coba-coba. Ternyata hasilnya sangat menjanjikan.

“Tiga tahun lalu coba-coba menanam. Kemudian mulai serius 2 tahun ini setelah menyaksikan di televisi budidaya rosela yang dikatakan memiliki prospek bagus. Tanaman saya perbanyak dan dipelihara dengan baik,”ungkap bapak 3 anak itu saat ditemui di kebun roselanya seluas sekitar 1000 meter persegi.

Sebanyak 200 batang rosela tumbuh dengan baik. Payadi menanam jenis rosela merah dan ungu. Dalam waktu dekat ini mencoba jenis hijau. Jenis ungu kata pria yang rajin mengikuti seminar-seminar pertanian itu, harganya lebih mahal karena konon kandungan vitamin untuk kesehatan lebih tinggi dibandingkan jenis merah.

Antara merah dan ungu, dilihat dari sisi warna tidak terlalu jauh berbeda. Jenis merah warnanya agak terang dengan bentuk agak lancip serta tipis. Untuk jenis ungu, warnanya merah tua kelopaknya tebal serta agak bulat.

Rasanya menyegarkan sedikit kecut atau asam. Bunga terutama kelopaknya, dapat diolah menjadi aneka minuman dan makanan. Seperti teh, kopi, selai, sirup. Di beberapa daerah, tanaman dari kerabat kembang sepatu itu diolah menjadi campuran asinan, salad maupun puding. Cocok pula untuk obat tradisional. Bagi yang hobi mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi, rosela dipercaya dapat menurunkan kadar kolesterol jahat. Budidaya tanaman ini kata Payadi cocok di tanah yang subur dan gembur.

“Perawatannya ringan. Tidak membutuhkan pemeliharaan yang njlimet. Yang terpenting pada musim kemarau seperti ini perlu disiram. Umur 3,5 bulan atau 4 bulan sudah mulai panen,”papar Ketua Kelompok Tani Desa Timbang 1 itu.

Budidaya rosela cukup menguntungkan karena dari segi pemasaran untuk sekarang ini tidak mengalami Kendala. Permintaan terus mengalir, tidak hanya dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Tanaman ini dapat dipanen tiap 10 hari sekali. Dari 200 batang tersebut, sekali panen menghasilkan sekitar 75 kilogram. Namun, buru-buru ditambahkan Payadi, tidak mesti setiap panen mendapatkan sebanyak itu.

“Panen pertama kadang 75 kilogram, kedua hanya 50 kilogram. Panen selanjutnya bisa sampai 90 kilogram,”katanya. Di pasaran rosela ungu basah harganya Rp 15 ribu per kilogram. Jenis merah harganya hanya Rp 3000, sedangkan rosela hijau berkisar Rp 8000. Para pedagang dari Jogjakarta, Batang rutin datang ke rumahnya tiap 10 hari sekali.

Lahan rosela dapat ditumpangsari dengan tanaman lain. Seperti seledri, caisin maupun sayuran lain. Di pinggir-pinggir pematang dia tanam tanaman hias berbunga untuk mengantisipasi kupu-kupu. Dikhawatirkan bila bunga rosela didatangi kupu-kupu akan bertelur sehingga mempengaruhi kualitas.

Selain budidaya dia juga mencoba mengolah menjadi aneka minuman maupun makanan. Cara pembuatannya sangat sederhana. Untuk membuat teh, bijinya dihilangkan, lalu kelopak dikeringkan di bawah sinar matahari. Kelopak kering ini diseduh menjadi minuman menyegarkan sekaligus menyehatkan.

“Kalau kopi rosela dibuat dari bijinya. Seperti membuat kopi tradisional. Biji dikeringkan lalu ditumbuk sampai halus. Rasanya enak seperti coffemix,”promosi pria yang gemar bepergian untuk menimba ilmu pada petani-petani di berbagai kota tersebut.Sedangkan selai rosela dicampur dengan gula pasir. Caranya pun tidak sulit. Kelopak bunga rosela diblender lalu dimasukkan dalam air rebusan gula pasir. Diaduk rata sampai mengental. Kata dia, selama 2 tahun, selai ini tetap awet. Cita rasanya lezat. (RaSe)

Dari: e-wonosobo.com

 

 


Logo Maker
Loading
free counters
Free counters

Website saya nilaiRp 40.88 Juta