.
Namun, kasusnya lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita pada usia 30-50 tahun. Menurut pakar, penyebab penyakit nasofaring belum ada suatu kepastian.
Saat ini, ada 2 faktor yang dianggap sebagai penyebab utama, yaitu: 1. Penyebab EB, dari penyebab bahan kimia menjadi bahan kanker, 2. Penyebab kanker gene infeksi virus nasofaring, yang pada stadium dini kelihatan ada pembengkakan pada leher akit metastasis di kelenjar limfe leher.
Gejalanya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Gejala pada hidung, terjadi pendarahan atau kemampetan hidung, 2. Benjolan di bagian leher, setengah dari kasus penyebab tersebut dipastikan sudah ada penyebaran limfoma. Biasanya, pasien pada stadium awal, kelihatan benjolan di bagian leher.
Benjolan kebanyakan di bagian atas leher, sifatnya mengeras, dan tidak bergerak, 3. Bagian atap rongga tenggorokan tumor meluas ke lingkungan sekitar bagian saraf.
Di sini, terdapat saraf otak yang memasok otot mata, yang kebanyakan terjadi pada stadium dini, 4. Gejala pada telinga atau tuli satu telinga, karena tabung eustachias tertutup akibat tertekan.
Pada gejala dini tidak ada kelihatan. Jika, pada pasien menunjukkan gejala berupa hidung mengeluarkan darah, ingus mengandung darah, sebelah kuping tuli, sebelah kepala sakit, ada benjolan di leher, harus segera melakukan berbagai pemeriksaan ke dokter.
Bisa dilakukan berbagi macam pemeriksaan, dengan : 1. EB, melakukan pemeriksaan laboratorium darah, 2. Foto sinar X, 3. CT Scan, 4. Pemeriksaan MRI.
Nasofaring merupakan jenis adenokarsinoma yang bermula dari kelenjar-kelenjar kecil di dalam selaput kecil. Karena itu, tumor ini mempunyai derajat keganasan tinggi. Penanganannya adalah dengan penyinaran utama. Sejauh ini, para pakar mencari pengobatan yang akurat untuk memastikan satu cara standar dan akurat mengenai cara pengobatan nasofaring.
Pakar menyebutkan, kasus penyakit nasofaring sudah menurun. Tetapi beberapa tahun terakhir, kasus ini kembali meningkat. Untuk itu, pakar menyarankan pasien harus menuruti saran dokter untuk melakukan pemeriksaan setelah pengobatan. Pada tahun pertama, lakukan pemeriksaan tiap 2-3 bulan sekali. Pada tahun kedua, 3-4 bulan sekali.
Prof. Dr. Yue Ting Xin
Dari : cybertokoh.com
- Natur Indonesia -
< Sebelumnya | Berikutnya > |
---|