Lebih tepat, baik lokasi, besar, maupun penyebaran sel kankernya.Empat tahun lalu, ketika divonis menderita kanker payudara, Susi, 45 tahun--sebut saja namanya itu--menjalani serangkaian pemeriksaan di Jakarta, dari bone scan, CT-Scan, dan terakhir PET CT-Scan. Untuk urusan yang terakhir, ia harus terbang ke Singapura. Bukan mengikuti langkah para pemilik kantong tebal di negeri ini yang untuk urusan keseleo hingga penyakit berat memang harus terbang ke sana. Bagi Susi, itu dilakukan karena ia tidak punya pilihan lain. Saat itu pemeriksaan sejenis tak ada di Tanah Air. Data yang dirilis beberapa tahun silam oleh Parkway Group Healthcare, organisasi perawatan terbesar di Asia yang mengelola tiga rumah sakit, yakni Gleneagle Hospital, East Shore Hospital, dan Mount Elizabeth Hospital, pun menggambarkan banyaknya penduduk negeri ini yang ramai-ramai berobat ke Negeri Singa. Disebutkan sekitar 80-90 persen pasien di tiga rumah sakit terkenal di sana adalah warga Indonesia. Mewabahnya pribumi menyeberang ke negara pulau itu untuk berobat bisa jadi akan berkurang. Apalagi bagi penduduk seperti Susi, yang lebih senang bila memilih berobat di dalam negeri. Karena rumah sakit di Indonesia semakin giat menjamah teknologi kesehatan mutakhir demi memenuhi dahaga itu. Adalah Rumah Sakit Gading Pluit Jakarta yang memfasilitasi pertama kali teknologi kesehatan cyclotron dan PET CT-Scan, alat canggih buatan Amerika Serikat, persis dengan yang tersedia di rumah sakit Singapura. Keunggulannya, yang pasti lebih terdepan dari alat pendeteksi dini sebelumnya. Sebut saja magnetic resonance imaging (MRI), CT-Scan (computed tomography), dan positron emission tomography (PET). Menurut Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia Profesor Suhartati, teknologi Cyclotron dan PET CT-Scan merupakan integrasi antara penerapan CT-Scan dan PET. "Kalau CT-Scan memeriksa fisiknya, sedangkan PET lebih ke metabolismenya," katanya. Gabungan itu, kata profesor eksentrik itu, meningkatkan akurasi dokter mendiagnosis kanker dan penyakit degenerasi atau bahkan jantung. Alat ini digadang-gadang mampu membantu para dokter lebih akurat menentukan lokasi, besar, dan penyebaran sel kanker, juga bisa menentukan keberhasilan sebuah terapi. Kekambuhan penyakit kanker juga bisa digunakan sebagai dasar perencanaan pengobatan selanjutnya. Menurut Kepala Radiologi Rumah Sakit Gading Pluit Dr Tjondro Setiawan, PET-Scan merupakan alat pencitra tiga dimensi berwarna untuk mendeteksi perubahan sel di dalam tubuh manusia dengan menggunakan zat radiofarmaka yang diberikan kepada pasien sebelum diperiksa. Radiofarmaka, seperti FDG (flurodiocxyglucose), diproduksi oleh peralatan khusus yang disebut cyclotron. Dosis yang digunakan pada pemeriksaan sangat kecil sehingga risiko paparan radiasi sangat rendah dengan hasil pencitraan yang sangat baik. Fungsi FDG itu, kata Tjondro, untuk melihat sel ganas dalam tubuh. "Untuk membedakan sel normal dan tidak normal," ia menjelaskan. Teknologi CT-Scan dengan multislice dapat memotret bagian tubuh rata-rata 64 slice. Sedangkan MRI, dengan tenaga magnetnya, mampu mengiris tubuh rata-rata 16 slice. Kedua teknologi itu terbatas pada hasil potongan paling mini 0,5 sentimeter. "Dengan alat ini, 1 mili pun juga bisa," ucapnya. Pencapaian itu didapat dari teknologi yang tidak murah. Menurut perhitungan Dirjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan, Dr Farid Husein, investasi alat ini ditaksir di atas Rp 60 miliar. Untuk satu kali pemeriksaan, berdasarkan keterangan Profesor Suhartati, pasien dibebankan Rp 18 juta. "Tidak jauh beda dengan di Singapura, yaitu 3.000 dolar Singapura," ia mengungkapkan. Angka ini sangat jauh ketimbang tarif untuk CT-Scan maupun MRI yang berkisar Rp 2 jutaan. Lebih jauh, gebrakan rumah sakit yang terletak di utara Jakarta itu memang patut diacungi jempol. Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman juga mengaku gelisah dengan budaya warga Indonesia yang melulu berobat ke luar negeri. Dengan adanya alat baru ini, ia berharap rumah sakit lokal lebih kompetitif dalam menjaring pasien pribumi. Sebenarnya, ada bukti lain bahwa pakar negeri ini tidak gagap dalam teknologi kesehatan. Hasil penelitian dan pengembangan Batan di bidang kesehatan telah melahirkan alat deteksi penyakit kronis, seperti kanker. Sebut saja alat deteksi renograf, tiroid, dan X-Ray portable image processing. Alat ini sudah dipakai di Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta, serta RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Jadi, jangan ragu lagi! Pemeriksaan PET-CT Scan Sumber: Korantempo.com Penyakit Kanker - Mendeteksi lebih dini
- Mendiagnosis lebih tepat soal lokasi, besar, dan penyebarannya
- Menentukan respons terapi kanker.
- Mendeteksi lebih dini kekambuhan.
- Membantu perencanaan terapi.
Penyakit Jantung - Menentukan kelainan otot jantung.
- Menentukan viabilitas sel otot jantung.
Penyakit Otak - Menentukan kelainan fungsi otak, misalnya penyakit degenerasi (pikun/alzheimer)
Infeksi - Mencari lokasi infeksi yang sulit ditentukan secara klinis.
|