Dun Afrika Selatan

Waktu kerja rotasi antara pagi-siang-malam (shift) tak hanya picu kelelahan pada tubuh perempuan, tetapi juga bisa memicu perkembangan diabetes tipe 2.

Studi terhadap dua grup perempuan di Boston, Amerika, ditemukan, mereka yang bekerja rotasi hingga malam rentan mengalami diabetes tipe 2 ketimbang perempuan yang bekerja di waktu reguler (pukul 08.00-17.00). Semakin lama shift malam tersebut, makin tinggi pula risiko timbulnya diabetes tipe 2 tersebut.

Dijelaskan dr Frank Hu, profesor nutrisi dan epidemiologi dari Harvard School of Public Health di Boston, keterkaitannya cukup kuat dan konsisten di antara kedua hal tersebut.

Menurut studi tersebut, saat ini makin banyak perusahaan yang menerapkan jam kerja rotasi. Beberapa studi menerangkan, jadwal kerja yang bervariasi erat kaitannya dengan obesitas dan sindrom metabolis (sekumpulan gejala tekanan darah tinggi dan resistensi terhadap insulin, yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung).

Kedua faktor di atas akan berujung pada terciptanya penyakit diabetes tipe 2.

Studi mengungkap, jam kerja dengan rotasi didefinisikan dengan bekerja lebih dari 3 malam dalam sebulan, plus jam kerja siang dan sore hari.

Hu dan timnya menelisik data dari 2 grup perempuan yang terbagi dari rentang usia. Sekitar 69 ribu perempuan dengan usia 42-67 tahun ada di grup pertama, serta 108 ribu perempuan antara usia 25-42 tahun di studi kedua.

Studi yang dilangsungkan selama 18-20 tahun ini menemukan, 6.165 perempuan di grup pertama mengalami diabetes tipe 2 di usia lannutnya, dan 4 ribu perempuan mengalami diabetes tipe 2 di penghujung studi.

Kesimpulan studi tersebut mengungkap, dibanding perempuan yang tak pernah melakukan pekerjaan dengan jam kerja berotasi, mereka yang bekerja dengan waktu kerja rotasi malam mengalami peningkatan risiko diabetes dalam persentase cukup signifikan.

Hu mengatakan, kemungkinan ada alasan biologis dan sifat sehari-hari untuk fenomena ini.

Menurutnya, jam kerja berotasi mengganggu jam kerja alami tubuh, termasuk ritme sirkadia, yang pada akhirnya mengganggu keseimbangan energi dalam tubuh seseorang.

Risikonya, bekerja dengan rotasi waktu ke malam selama 1-2 tahun memiliki risiko 5 persen. Sudah bekerja rotasi malam 3-9 tahun, memiliki risiko 20 persen, sementara perempuan yang sudah 10-19 tahun bekerja dengan rotasi malam memiliki kemungkinan mengalami diabetes tipe 2 hingga 40 persen.

Waktu kerja rotasi malam ini juga memengaruhi jadwal makan dan tidur, serta perempuan dengan waktu kerja semacam ini cenderung punya kebiasaan merokok yang menyumbang peningkatan risiko terkena diabetes. Belum lagi jika pekerjaannya penuh tekanan, stres, dan lainnya.

Hal ini meningkatkan kewaspadaan risiko diabetes pada orang-orang yang bekerja di waktu malam dan pentingnya mereka untuk terus memeriksakan kondisi tubuh terkait dengan diabetes jika memang gaya hidup semacam ini terus dilanjutkan.

Dibutuhkan lebih dalam lagi penelitian mengenai penemuan ini.

Saat ini, lebih dari 346 juta manusia di dunia mengalami kondisi diabetes. Kebanyakan mengalami masalah diabetes tipe 2, yang umumnya terjadi akibat kelebihan berat badan serta tubuh yang jarang berolahraga.

Jika dibiarkan, diabetes bisa mengganggu fungsi organ vital tubuh, termasuk ginjal, saraf, serta jantung.

Sumber: HealthDay