Satu jam setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan mulai menurun. Keadaan tersebut dibarengi dengan penurunan kadar insulin (hormon pengubah glukosa menjadi glikogen) dan peningkatan kadar glukagon.

Di hati, glikogen akan di ubah menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis. Glukosa tersebut nantinya akan dioksidasi di jaringan, seperti otak dan sel darah merah. Selain itu, triasilgliserida juga akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol melalui proses lipolisis. Asam lemak kemudian akan dioksidasi di otot maupun hati. Oksidasi asam lemak di otot berlangsung sempurna dan menghasilkan CO2 dan H2O. Sementara di hati, oksidasi berlangsung sebagian, menghasilkan badan keton. CO2 dan H2O baru terbentuk setelah dilakukan oksidasi badan keton di jaringan, seperti otot dan ginjal.

Jika keadaan puasa terus berlanjut, hati tidak hanya menghasilkan glukosa melalui proses glikogenolisis, tetapi juga dengan glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses menghasilkan glukosa dari senyawa non karbohidrat, misalnya laktat, gliserol dan asam amino. Saat asam amino diubah menjadi glukosa, unsur nitrogennya akan berubah menjadi urea.

Puasa yang terjadi selama dua hari atau lebih membuat otot terus menerus menggunakan asam lemak sebagai sumber energi dan menggunakan sedikit badan keton. Hal ini menyebabkan kadar badan keton dalam darah akan meningkat sampai kadar tertentu yang akan membuat otak terangsang untuk mengoksidasi badan keton sebagai sumber energi.

 

Sumber: medicinesia.com