Penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner adalah penyempitan arteri koronaria besar di bagian proksimal oleh aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan lesi intimal yang ditandai dengan atheromas (juga disebut atheromatus atau plak aterosklerosis) yang menonjol ke pembuluh lumen. Kelainan ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih banyak dibandingkan kelainan lain di negara-negara barat. Faktor resiko yang telah diidentifikasi melalui beberapa pendekatan prospektif oleh Framingham Heart Study and Atherosklerosis Risk in Communities Study menunjukan bahwa faktor-faktor resiko memiliki efek multiplikasi. Jika terdapat dua faktor resiko, resikonya akan meningkat menjadi empat kali. Kemudian, jika terdapat tiga faktor resiko (misal hiperlipidemia, hipertensi dan merokok), kejadian infark miokard dapat meningkat menjadi tujuh kali.

Faktor resiko dibedakan menjadi faktor konstitutional, yaitu usia, jenis kelamin dan genetika serta faktor yang dapat dimodifikasi meliputi hiperlipidemia, hipertensi, merokok, dan diabetes. Namun, ternyata 20% kejadian kardiovaskular terjadi tanpa adanya faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor resiko tambahan tersebut di antaranya adalah inflamasi, hiperkromosistinemia, sindrom metabolik, lipoprotein (a), faktor yang mempengaruhi hemostasis (penanda fungsi hemostasis dan fungsi fibrinolitik untuk memprediksi) serta faktor lain. Faktor-faktor lain yang dimaksud merupakan faktor yang berkaitan dengan resiko yang jarang didiskusikan atau sulit untuk dihitung seperti jarangnya olahraga, gaya hidup yang kompetitif dan penuh tekanan/stres (orang dengan A personality), serta obesitas.

Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang terdapat sekitar 5% populasi. Orang dengan diabetes dapat kekurangan hormon insulin secara keseluruhan atau menjadi resisten terhadap kerjanya. Kondisi resistensi yang terjadi setelah dewasa disebut DM tipe 2, yang dialami oleh 96% pasien diabetik. Meskipun bukan penyebab tunggal, obesitas merupakan salah satu faktor yang bertanggungjawab dengan terjadinya DM tipe 2. Asam lemak yang tinggi dalam darah karena ketidakseimbangan suplai dan pengeluaran energi akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan. Akibatnya terjadi resistansi insulin yang memaksa peningkatan pelepasan insulin. Selanjutnya regulasi menurun pada reseptor menyebabkan resistansi insulin meningkat.)

Diabetes menyebabkan kerusakan progresif terhadap susunan mikrovaskular maupun arteri yang lebih besar selama bertahun-tahun. Bahkan, sekitar 75% pasien diabetik akhirnya meninggal karena penyakit kardiovaskular.

Pasien DM2 juga dapat mengalami kerusakan endotel maupun peningkatan kadar LDL teroksidasi. Hal tersebut diperkirakan disebabkan mekanisme yang terkait dengan hiperglikemi pada kondisi ini. Selain itu, koagulabilitas darah meningkat pada DM2 karena peningkatan plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1) dan peningkatan kemampuan agregasi trombosit. Selain itu, hiperglikemi meningkatkan pembentukan protein plasma yang mengandung gula seperti fibrinogen, haptoglobulin, makroglobulin-α serta faktor pembekuan yang juga meningkatkan risiko trombosis akibat peningkatan viskositas darah. (1)Juga, disebutkan bahwa diabetes melitus menginduksi hiperkolesterolemia. Insiden infark miokard pada penderita diabetes adalah dua kali dari nondiabetik.

Penderita diabetes melitus juga dikaitkan dengan glomerulosklerosis yang salah satunya menyebabkan hipertensi. Bersama dengan peningkatan VLDL dan kecenderungan pembekuan darah, hipertensi tersebut dapat mendorong pembentukan makroangiopati yang selain merusak ginjalnya juga menyebabkan infark miokard , infark serebri dan penyakit pembuluh darah perifer.

 

Sumber: medicinesia.com