User Rating: 0 / 5

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

 

Ditemukannya alat pembunuh kanker oleh Prof Dr Warsito Purwo Taruno membuat geger (heboh) dunia medis, tidak hanya di Indonesia bahkan sampai mancanegara.

CTECH Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology, Ruko Perumahan Modernland, Tanggerang, Banten, pun kini setiap hari kerja, yakni Senin-Jumat didatangi puluhan pasien kanker yang ingin menyembuhkan diri dari gerogotan penyakit mematikan ini.

Pasien berdatangan dari berbagai penjuru. Ada dari Aceh, Papua hingga dari luar negeri sekalipun, seperti Belgia. Prof Dr Warsito Purwo Taruno, penemu alat berbasis medan listrik pembunuh kanker, mengatakan sudah ada lima pejabat yang mengobati penyakitnya, namun sayangnya Warsito enggan menyebutkan identitas pejabat tersebut.

"Tempat ini bukan klinik ya, kami tidak meminta orang yang datang untuk menginap maupun meminum obat dari kami. Tempat ini adalah payung dari penelitian tentang alat saya," ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, setiap penderita kanker yang datang akan disodorkan formulir persetujuan, yang menegaskan perkembangan kesehatan sang penderita akan digunakan untuk kepentingan penelitian medis.

Ia mengaku sejauh ini tidak pernah menemui kendala mengenai perizinan usaha tersebut.
"Alat kami menggunakan tenaga listrik sekitar 3 volt, dan memang tidak ada peraturan yang bisa mengatur hal tersebut," tutur Warsito.

Di ruko dua lantai tersbut, Warsito bersama puluhan stafnya mengumpulkan data mengenai efek dari ciptaannya terhadap penderita kanker. Kini ia tengah mengumpulkan syarat-syarat, agar alat tersebut mendapatkan clearance dari Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, sehingga penggunaan alat tersebut bisa disejajarkan dengan kemoterapi ataupun radiasi di rumah sakit.

Syarat-syarat yang harus ia penuhi antara lain adalah uji coba pada hewan, yang kini tengah ia lakukan terhadap kucing penderita kanker mulut. Selain itu adalah uji paliatif, yakni menguji alat tersebut pada penderita yang sudah mencoba pengobatan kemoterapi dan radiasi, namun tidak kunjung sembut, serta mengumpulkan data dari seratus orang pertama yang sembuh total karena alatnya.

"Saat ini drafnya sedang disusun (di kementerian), mudah-mudahan awal tahun depan clearance- nya sudah keluar, sehingga akses masyarakat untuk menggunakan semakin terbuka," kata Warsito.

Walaupun belum mendapatkan clearance, Warsito mengaku sudah menjalin kerja sama dengan jaringan rumah sakit di India. Selain tu sejumlah pengusaha dari dalam maupun luar negeri juga sudah mengajukan tawaran untuk mengembangkan alat tersebut, namun belum satu pun yang tawarannya ia terima.

Warsito mengklaim alat bertenaga listrik untuk terapi kanker ciptaannya merupakan satu-satunya alat pembunuh seluruh sel-sel kanker pada tubuh manusia. Daya sembuh alat ini jauh lebih efektif dari kemoterapi dan radiasi yang harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Ia tersebut mengatakan alat yang ia ciptakan memberikan efek samping, yakni sel kanker yang mati di tubuh pengguna alat ciptaannya, akan dikeluarkan melalui sejumlah pembuangan, misalnya fases, urine, keringat, ketombe, kotoran telinga hingga air liur.

"Sel-sel kanker itu akan mati, dan terbawa oleh darah, yang kemudian dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan tubuh sehingga dikeluarkan melalui mekanisme yang ada," katanya.
Untuk mengakses alat terapi kanker tersebut, seorang penderita bisa datang ke Edwar Technology.

Tempat ini buka mulai pukul 09.00 - 16.00 WIB setiap hari Senin hingga Jumat. Pengguna alatnya harus membawa rekam medis dari rumah sakit, tentang kondisi kanker yang diderita. Rekam medis tersebut bisa berupa hasil Computerized Tomography (CT scan),
pemanfaatan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk melakukan pencitraan diagnosis penyakit pasien, maupun ultrasonography (USG).

Menurut Warsito, data-data tersebut akan diinterpretasikan sejumlah staf di bagian fisika medis, untuk memutuskan jenis alat apa yang cocok digunakan sang penderita kanker. "Untuk kasus tertentu (calon pengguna alat) harus diwawancarai oleh bagian fisika medis," katanya.

Ctech Labs Edwar Technology, menyediakan sekitar 50 buah alat pembunuh kanker. Ada alat menyerupai celana pendek untuk menyembuhkan kanker rahim, penutup dada untuk kanker payudara, helm untuk kanker otak, selimut untuk kanker darah, hingga masker untuk kanker mulut.

Menurut sang penemu, Warsito alat yang di produksi tersedia dalam berbagai ukuran, yang disesuaikan dengan ukuran tubuh Asia. Namun tetap saja, pengukuran harus dilakukan pada setiap orang, mengukur tubuh spesifik calon pengguna, untuk disesuaikan dengan alat. Jika tidak ada penyesuaian, maka pada hari itu juga ia bisa mengakses alat ciptaan Warsito tersebut. Setelahnya, sang penderita kanker akan diberi pengarahan mengenai berapa lama alat tersebut harus dikenakan.

Alat-alat seharga kira-kira Rp 4 juta itu, akan dipinjamkan selama enam bulan. Menurut Warsito angka tersebut sudah cukup murah, mengingat tarif pengobatan dengan kemoterapi maupun radiasi satu paketnya bisa mencapai ratusan juga.

"Kalau ternyata tidak mampu, kita juga memberikan keringanan, kita disini soalnya tidak cari untuk, yang membawa SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) pun kita terima, kita berikan diskon 70 persen, walaupun kita tidak kerja sama dengan pemerintah untuk hal itu," katanya.
Selama pemakaian alat itu, pasien dilarang untuk mengkonsumsi makanan dengan kadar hormon tinggi, termasuk kerang, udang, cumi-cumi. Pasien juga diminta untuk rutin memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit, lalu melaporkannya ke pihak "Edwar Technology" untuk dipantau perkembangannya, dan melakukan penyesuaian alat bila perlu.

"Umumnya setelah enam bulan bisa terlihat hasilnya, walaupun banyak juga yang sebelum enam bulan sudah dinyatakan sembuh total," terang Warsito. Rekor penyembuhan tercepat dialami seorang perempuan berumur sekitar 35 tahun, penyandang penyakit kanker payudara stadium tinggi. Setelah tiga minggu menggunakan alat ciptaanya, perempuan tersebut dinyatakan bebas dari kanker.

Selain di Ctech Labs Edwar Technology, alat ciptaannya juga bisa diakses di Rumah Sakit Islam Banyu Bening, solo, Jawa Tengah, Rumah Sakit Al-Irsyad Surabaya, Jawa Timur dan di sebuah klinik di Semarang. Prosedur yang harus dilalui pasien pun menrutnya tidak berbeda dengan di kantor Ctech Labs Edwar Techonogy."

 

Sumber: tribunnews.com