SAWO IJO (SAWO DUREN) | ||
Family | SAPOTACEAE | |
DeskripsiSawo duren merupakan pohon yang selalu hijau, cocok dengan model arsitektur Troll, tingginya sampai 30 m, bergetah putih yang lengket. Ranting-rantingnya banyak, plagiotrof, berbulu coklat, agak iokos (glabrecent); bagian pangkal cabang utama yang tegak dan menonjol bergabung membentuk pangkal batang. Daunnya berseling, memencar, berbentuk lonjong sampai bundar telur sungsang, berukuran (5-16) cm x (3-6) cm, menjangat, kedua belah lembaran daun itu berwarna kemerahan campur warna besi dan sutra, tetapi lembaran atasnya lekas menjadi lokos, peruratan sekundernya yang hampir sejajar sangat khas; tangkai daunnya berukuran 0,6-1,7 cm panjangnya. Perbungaannya di ketiak daun, pada pucuk yang terbentuk pada musim itu, dengan 5-35 kuntum bunga yang berkelompok, berukuran kecil-kecil, berwarna kekuning-kuningan sampai putih lembayung; daun kelopak berjumlah 5 helai, berbentuk bundar sampai bundar telur, daun mahkotanya berbentuk tabung, panjangnya mencapai 4 mm, bercuping 5, berbentuk bundar telur; benang sarinya 5 utas; kepala putiknya bercuping 7-11. Buahnya bertipe buah buni yang berbentuk bulat sampai bulat telur sungsang, berdiameter 5-10 cm, berwarna coklat kelembayung-lembayungan atau hijau kekuning-kuningan; kulit buahnya tipis, berkilap, tak berbulu, menjangat; daging buahnya berwarna lembayung atau putih, tebalnya 3-12 mm, lembut dan berair, membungkus endokarp yang terdiri atas 4-11 ruang yang bentuknya mirip bintang jika dipotong inelintang. Biji setiap buah 3-10 butir, berbentuk bulat telur sungsang memipih, ukurannya kira-kira 2 cm x 1 cm x 0,5 cm, berwarna hitam kelembayung-lembayungan, bertesta merontal (chartaceous) dan berhilum besar, berwarna lebih muda. Kandungan Buah sawo duren memiliki 53-63% bagian yang dapat dimakan, sedangkan kulitnya yang keras tak dapat dimakan; setiap 100 g bagian yang dapat dimakan mengandung: 80-582,6 g air, 0,7-1,3 g protein, 0,6-1,1 g lemak, 15,3-17,4 g karbohidrat, sedikit sampai 0,7 g serat, 0,2-0,3 g abu, 14-17 mg kalsium, 9-13 mg fosfor, 0,2-0,4 mg besi, sedikit sampai 10 IU vitamin A, 0,01-0,02 mg tiamina, 0,8-0,9 mg niasina, dan 67 mg vitamin C. Nilai energinya 280-300 kJ/100 g. Hasil analisis di Amerika Tengah menunjukkan adanya nilai maksimum yang lebih tinggi dan dapat diterima untuk semua unsur tersebut di atas, kecuali air, lemak, dan karbohidrat. | ||
ManfaatSawo duren umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar dan dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku es krim dan serbat. Kulit kayu, getah, buah, dan bijinya memiliki khasiat obat. Kayunya yang berwarna coklat kemerah-merahan itu cocok untuk keperluan konstruksi, dan cabangcabangnya yang tua digunakan sebagai medium untuk menumbuhkan anggrek. Pohonnya dipelihara sebagai tanaman hias. | ||
Syarat TumbuhSawo duren tumbuh dengan subur pada hampir semua tipe tanah dan dalam kisaran iklim yang luas. Di seluruh Asia Tenggara tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah (sampai ketinggian 400 m dpl.) dan di daerah yang musim keringnya tegas. Di wilayah Filipina yang musim keringnya paling jelas, rontoknya daun yang berlebihan dan kurangnya cairan, dan bahkan mengerutnya buah menunjukkan terjadinya kekeringan yang hebat sekali, karenanya diperlukan pengairan. Tempat tumbuh yang lebih disenangi adalah tanah yang sedikit asam dan mudah dikeringkan. | ||
Pedoman BudidayaPerbanyakan dan penanaman Sawo duren dapat diperbanyak dengan benih, cangkokan, sambungan sanding (inarching), sambungan biasa (grafting), dan tempelan (budding). Benih yang berasal dari buah yang matang dikecambahkan sedalam 1 cm, dengan jarak 2-3 cm dalam kotak perkecambahan atau di persemaian yang disiram secara teratur. Jika 3-5 daun dewasa telah berkembang, semai itu dipindah tanamkan ke dalam pot. Semai ini disiram dengan teratur, dan diberi naungan ringan. Setelah berumur 6-8 bulan anakan ini dapat dijadikan batang bawah. Perbanyakan aseksual dianjurkan untuk memperbanyak pohon kultivar unggul. Penyambungan belahan merupakan cara perbanyakan yang paling umum, dan mampu memberikan persentase keberhasilan yang tinggi. C. oliviforme merupakan batang bawah yang kompatibel, tetapi kebanyakan penyambungan dilakukan pada semai sawo duren MI. Di lapangan, jarak tanamnya ialah 10-12 m. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. | ||
PemeliharaanPenyiangan di sekeliling pohon sawo duren secara teratur dan penyiraman selama periode tanpa hujan yang berkepanjangan dapat menjamin pertumbuhan yang tak terganggu. Pemupukan dilakukan dengan dosis 150-200 g/pohon amonium sulfat, dua kali setahun, untuk pohon yang sedang tidak berbuah. Pada saat-saat awal pembuahan, 500 g pupuk lengkap diberikan dua kali setahun. Pohon yang pertumbuhannya maksimal mungkin memerlukan 3 kg atau lebih pupuk lengkap setahun. Pupuk itu diberikan pada awal dan menjelang akhir musim hujan, caranya ialah dibenamkan ke dalam galian yang dibuat mengelilingi pohon atau dimasukkan ke dalam lubang dangkal di bawah kanopi pohon. Pohon sawo duren dipangkas menurut bentuk yang dikehendaki, dengan cara meninggalkan 2-3 cabang saja untuk dibiarkan berkembang, serta memotong cabang-cabang yang jelek dan yang saling menumpang, serta pucuk-pucuk air (water shoots). | ||
Hama dan PenyakitJamur Lasiodiplodia theobromae menyebabkan buah busuk kering menjelaga. Penyakit ini dapat diberantas dengan fungisida tembaga. DI Queensland, Fusarium solani membunuh tanaman muda dan merusak percabangan pohon dewasa. Hama serangga yang menyerang sawo duren ialah penggerek ranting, ngengat kayu, kutu tepung, lalat sisik, dan lalat buah. Lalat buah oriental (Dacur dorralis) merupakan hama yang gawat pada buah yang menjelang matang, dan menyebabkan buah tidak dapat dimakan. Kerusakan dapat dikurangi dengan cara pembungkusan buah muda dan pemungutan serta pemusnahan buah yang terserang. Burung, kelelawar, dan kucing liar juga dapat menyebabkan kerusakan yang hebat pada buah yang matang. | ||
Panen dan Pasca PanenBuah sawo duren hendaknya dipanen setelah matang benar, tandanya ialah kulit buahnya telah berwarna hijau muda berkilat atau coklat kekuning-kuningan untuk kultivar hijau, dan lembayung pucat sampai lembayung tua untuk kultivar lembayung. Pemanenan hendaknya dilakukan selektif, sebab buah-buah yang berada di pohon tidak akan masak bersama-sama. Buah dipungut dengan cara memotong tangkainya dengan gunting atau dengan menggunakan galah bambu panjang yang ujungnya diberi jaring. |