Kesiapan fisik dan mental bagi jamaah calon haji yang mengidap penyakit jantung menjadi sangat penting. Persiapan itu diperlukan karena jamaah akan menghadapi perjuangan fisik yang sangat berat selama pelaksanaan ibadah haji. Itu karena hampir semua tahapan ibadah yang harus dilalui dilakukan dengan berjalan kaki. Untuk itu, jamaah penderita penyakit jantung dituntut untuk cerdik dalam memanfaatkan waktu beribadah.

Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, dr Aulia Sani, SpJP (K), menyarankan agar jamaah penderita jantung bisa menyatukan dua ibadah dalam sekali perjalanan. Misalnya, saat berangkat shalat Zhuhur di Masjidil Haram tidak segera pulang, tapi menunggu waktu shalat Ashar.

Usai shalat baru kembali ke pemondokan. Begitu juga saat akan melaksanakan shalat Maghrib. seusai shalat, tidak usah kembali dulu ke pemondokan. Lebih baik menunggu waktu shalat Isya, setelah itu baru pulang istirahat.

Pengaturan waktu yang cerdik menjadi penting karena perlu kekuatan fisik yang luar biasa dalam melaksanakan ibadah haji. Sangat dianjurkan jamaah penderita jantung melatih diri untuk berjalan kaki antara tiga sampai sepuluh menit tiap harinya sebelum berangkat.

Jamaah penderita penyakit ini juga harus mawas diri untuk mencukupkan persediaan obat yang rutin dikonsumsi di Indonesia. Bila perlu, persediaan obat-obatan yang harus diminum, ditambah dari jumlah yang dibutuhkan selama 40 hari di Tanah Suci.

Aulia menyarankan, obat-obatan yang dibawa dari Tanah Air sebaiknya dititipkan ke dokter kelompok terbang (kloter). Ini penting karena terkadang obat-obatan yang dibawa jamaah haji disita oleh petugas imigrasi di Bandara Arab Saudi.

Bagaimana mengatasi jika sampai terjadi sesak nafas? Aulia mengatakan, obat cedocard diajurkan untuk selalu dibawa di saku. Obat itu bisa dibawa ke mana saja pasien pergi selama di Tanah Suci.

Untuk menjaga stamina, jamaah pasien jantung wajib tidur cukup, makan cukup, dan minum cukup. Setidaknya, jamaah penderita penyakit ini harus tidur lima sampai enam jam dalam sehari semalam. Lelah kurang tidur bisa memengaruhi kestabilan jantung.

Minum air cukup pun sangat penting. Tubuh pasien jantung tidak boleh dehidrasi karena begitu tubuh kekurangan air maka darah akan ikut mengental. Ini bisa memicu gangguan jantung.Menurut Aulia, karena jantung banyak diderita oleh laki-laki usia di atas 40 tahun dan perempuan menopause, maka setiap jamaah dalam kategori itu harus melalui pemeriksaan detak jantung atau EKG (elektrokardiogram)-grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf berfungsi merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.

Dia mengingatkan, tidak semua Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) memiliki EKG, terutama Puskesmas di luar Jakarta. Berdasarkan pengalaman, kata dia, keluhan penyakit jantung ialah gangguan kesehatan tertinggi selama musim haji. Bahkan, tak jarang keluhan jantung baru terdeteksi saat melakukan ibadah haji. Bagi jamaah yang sudah mulai merasa ada keluhan jantung, disarankan agar segera melapor ke dokter kloter untuk diperiksa. "Dokter kloter banyak yang diambil dari spesialis jantung," Aulia menjelaskan. Begitu juga dengan pasien jantung yang sudah kehabisan obat, bisa meminta ke dokter kloter. "Karena dokter kloter membawa persediaan obat yang cukup," tuturnya

 

Sumber: republika.co.id