Terlalu banyak mengkonsumsi garam, akan berdampak pada risiko penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi. Risiko tinggi hipertensi ini pula yang terjadi di masyarakat Pulau Madura, yang dikenal dengan Pulau Garam karena merupakan sentra industri garam. Hipertensi yang diidap ‘Reng Madure’ ternyata juga tinggi. Berikut laporan koresponden Surabaya Post Masdawi Dahlan (Pamekasan), Ahmad Hairuddin (Sampang) dan Etto Hartono (Sumenep)
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi ternyata banyak diderita orang Madura. Faktor genetik atau keturunan merupakan penyebab tertinggi, disamping kadar garam yang cukup tinggi dalam sebagian besar makanan yang dikonsumsi masyarakat pulau Garam menjadi pemicu penyakit yang menjadi salah satu silent killer disease atau penyakit pembunuh secara diam-diam di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, suku Madura mempunyai watak yang sangat temperamental, sehingga gampang naik darah. Kondisi tersebut dapat menjadi pemicu terjadinya penyakit hipertensi, karena tekanan darah akan naik ketika emosinya meningkat. Pernyataan itu disampaikan Humas Rumah Sakit Daerah (RSD) Sampang, dr Yuliono, ketika dikonfirmasi terkait meningkatnya jumlah penderita hipertensi di Sampang.
Menurut Yuliono, Selain penyakit Diabetes Melitus (DM) yang juga cukup tinggi, bahkan dari 250 penderita yang berobat ke rumah sakit terdapat 11 orang meninggal dunia. Demikian pula dengan penyakit hipertensi angkanya juga tinggi, berdasarkan data di bagian medical record sebanyak 126 penderita yang mendapatkan perawatan medis di November ini.
“Penderita hipertensi ada yang multifaktoral atau penyebabnya tidak jelas, namun ada juga karena kehamilan dan usia lanjut. Tapi jika di Madura faktor yang jelas karena airnya secara relative mengandung kadar garam sangat tinggi, sehingga dapat menimbulkan hipertensi,’’ jelas Yuliono.
Dia menambahkan, faktor genetik juga cukup dominan dalam memberi kontribusi meningkatnya angka penderita hipertensi tersebut. “Karena orang Madura gampang marah atau bludrek, sehingga tensi darahnya cepat tinggi. Jadi bagi orang yang gampang marah, disertai nyeri kepala maupun ditengkuk, serta mengalami mual dan muntah-muntah, perlu diwaspadai untuk diperiksakan ke Dokter karena takut terkena hipertensi,’’ katanya sambil tersenyum.
Sedangkan dari Sumenep dilaporkan, kunjungan pasien hipertensi ke Rumah Sakit (RS) dr Moh Anwar Kabupaten Sumenep tergolong tinggi. Setiap bulannya, angka kunjungan rata-rata antara 150 sampai 200 orang. "Angka kunjungan pasien yang mengalami hipertensi masih menempati urutan satu dan dua dari pasien umum," kata dr Susianto, Direktur RS dr Moh Anwar Sumenep.
Belakangan ini, kata dia, kunjungan pasien hipertensi cenderung meningkat. Mayoritas dari kalangan dewasa hingga umur tua. "Pasien yang sudah terkena stroke dibandingkan dengan hipertensi, lebih banyak yang sudah terkena stroke. Angka kunjungan pasien stroke sudah mengkuatirkan para tenaga medis di rumah sakit ini," terangnya.
Dia menjelaskan, pola makan masyarakat Madura pada dasarnya perlu diperbaiki. Yakni harus menjaga keseimbangan gizi dan pola hidup sehat. Pada saat yang sama, mengurangi konsumsi garam, disertai mengurangi makanan berkomponen garam, seperti ikan asin. Sehingga, tidak memicu tekanan darah tinggi. "Saat tekanan darah sudah mulai tinggi, harus secepatnya mengkonsumsi makanan yang dibutuhkan tubuh untuk menstabilkannya, sehingga tekanan kembali stabil," katanya.
Pihak rumah sakit, kata dia, tidak hanya sekedar memberi pelayanan pada pasien dalam pengobatan, tetapi juga sering memberikan penyuluhan, sehingga penderita hipertensi bisa ditekan seminimal mungkin. "Bagi yang sudah stroke, pihak RS terus melakukan rehabilitas dengan baik. Para dokter sudah siap melayani seprima mungkin," ujarnya.
Namun, yang berhubungan dengan jantung, pihak RS Sumenep tidak mungkin menangani sehingga harus dirujuk ke RD dr Soetomo Surabaya. "Selama ini, memang ada pasiei yang sudah kronis dan berhubungan jantung, ya terpaksa harus di rujuk ke Surabaya," pungkasnya.
Sementara hipertensi di Pamekasan masuk dalam kelompok 10 penyakit terbanyak di kabupaten tersebut. Penyakit ini berada dalam urutan kelima. Untuk urutan pertama adalah penyakit Infeksi Saluran Nafas Akut (Ispa) dengan prosentase 25 %, kedua penyakit diare, asam lambung dan kelima hipertensi.
Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan Drs Apt Ismail Bey MSi mengatakan hipertensi merupakan penyakit keturunan dan terkait dengan pola kebiasan makan yang tidak baik, sehingga bisa mengakibatkan berat badan berlebih dan bisa bergula tinggi.
Upayanya harus dengan diet atau olah raga yang teratur dan juga dengan terapi pengobatan. Menurut dia penyakit hipertensi itu gejalanya sama se Indonesia, tidak ada kaitannya dengan masalah ekonomi dan SDM. Bagi warga Madura, hipertensi juga bisa terjadi karena faktor garam yang banyak terkandung di dalam air dan makanan.
“Terlalu banyak mengkonsumsi garam akan menyebabkan darah tinggi. Bukan hanya besar pada masyarakat Madura yang banyak garam, tapi juga daerah lain bisa juga besar karena faktor keturunan. Penyakit ini biasanya banyak menyerang pada manusia usia 40 tahun keatas.
Sumber: surabayapost.co.id