Untuk membayar biaya rumah sakit, orang tua Husna hanya mengandalkan penghasilan dari menjadi buruh pembuat batu bata. Karena tidak cukup, ibu Husna, Tasiatul Hasanah kemudian bekerja sebagai buruh pabrik di PT Kayu Limas. "Kami berdua harus bekerja agar bisa membayar biaya kemoterapi. Anak saya harus ikut program kemo selama 111 minggu atau dua tahun. Sekarang baru dapat 23 minggu," ujar Tasiatul Hasanah.
Menurut dia, anaknya tidak mendapatkan keringanan karena tidak memiliki kartu jamkesmas dan jamkesda. Padahal, setiap tiga minggu sekali Husna harus menjalani perawatan di RSUP Sarjito. Sekali periksa membutuhkan biaya antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta tergantung obat yang digunakan.
Biaya sebesar itu terlalu besar untuk mereka mengingat penghasilan mereka tidak menentu. Namun demikian mereka tetap bersyukur dengan atensi masyarakat yang mendukung kesembuhan Husna. "Ada yang datang membantu biaya pengobatan, ada juga yang membantu doa. Pak Hendro Fong dari Kebumen membuat kami ramuan herbal untuk penderita kanker. Ia ramu sendiri ramuan tersebut dan hasilnya cukup bagus untuk anak saya," kata Asror, ayah Husna.
Sementara itu, anggota DPRD Kabupaten Magelang, Suharno, meminta aparat pemerintah mulai tingkat desa untuk lebih peduli dengan kondisi yang dialami Husna. Dikatakan, pemdes harus bisa mengomunikasikan masalah Husna dengan instansi penetu kebijakan seperti Dinkes, dan RSU. "Mereka harus bisa memberikan solusi karena pemerintah telah mengalokasikan dana yang besar baik melalui jamkesmas, jamkesda maupun bansos kesehatan," katanya.
Sumber: Suaramerdeka.com