Tanaman obat baru asal afrika yang multikhasiat.
Masyarakat menyebut tanaman berdaun hijau gelap itu daun afrika mengacu pada asal-usulnya. Tanaman anggota family Asteraceae itu memang bersal dari afrika, terutama dari Kamerun, Nigeria dan Zimbabwe. Di Indonesia daun afrika pendatang baru yang dua tahun terakhir menjadi buah bibir di media sosial. Tanaman itu menyandang nama internasioanl bitter leaf alias daun pahit.

Salah satu kebun Daun Afrika Selatan Natur IndonesiaHarap maklum, tanaman kerabat beluntas itu memang bercitarasa pahit. Rasa pahit itu karena kandungan senyawa antigizi seperti alkaloid, saponin, tannin dan glikosida. Namun, rasa pahit itu mudah diatasi dengan merebus atau merendam daun sebelum dimanfaatkan sebagai bahan sup atau salad. Adapun di alam simpanse memetik dan mengunyah daun afrika Vernonia Amigdalina (sinonim: Gymnanthemum amiygdalinum) ketika menderita infeksi parasit.

Multikhasiat
Daun afrika mengandung beragam senyawa aktif seperti saponin, alkaloids, terpen, steroid, kumarin, flavonoids, asam fenolat, lignans, xanthon dan antrakuinon. Tanaman kerabat babadotan itu berkhasiat antara lain untuk mengatasi kanker, disentri, gangguan pencernaan, antiparasit, dan diabetes mellitus. Bambang Andi Priana di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, merasakan khasiat daun afrika untuk mengatasi diabetes mellitus.

Semula Bambang menggantungkan pada insulin. “Setiap hari habis 10 unit tiap kali suntik insulin. Dan dalam sehari, saya bisa 3 kali suntik,” kata Bambang. Sayang kondisinya tak kunjung membaik. Pada 2008 Andi mendapat buah tangan dari tetangganya berupa tiga batang tanaman daun afrika yang akhirnya ditanam di halaman rumah. Ia tak langsung percaya akan khasiat tanaman itu. Oleh karena itu ia mencari tahu lewat dunia maya.

“saya hanya menemukan satu situs yang membahas tentang daun afrika, untuk penurun gula darah,” ujar Bambang. Ayah 2 anak itu memetik daun Vernonia amygdalina yang tumbuh subur. “saya langsung mengunyahnya begitu saja meskipun rasanya cukup pahit. Sehari kadang 2-3 daun” ujar bambang mengenang. Menurut Bambang rasa daun afrika mirip daun sirih merah, tetapi pada akhir-akhir kunyahan ada rasa manis.

Daun Afrika Selatan usia panen. Setiap 4 bulan sekali biasanya dipanen.Kebiasaan itu berlangsung selama tiga bulan hingga ia merasa ada yang aneh pada tubuhnya. “suatu saat saya turun tangga, tapi tiba-tiba badan saya sempoyongan” ujar Bambang . Ia mengetahui itu salah satu tanda gula darah turun . Ia lantas mengambil alat ukur gula darah di kamarnya. Kadar gula darah 90 mg/dl. Padahal di hari-hari biasa gula darah Bambang 500 mg/dl.

Bahkan ketika badan terasa lelah kadar gula darah Andi 600 mg/dl lebih. “lebih karena alat ukur gula darah yang saya miliki maksimal 600 mg/dl, dan kalau melebihi angka itu biasanya alat eror” ujar Bambang. Herbalis di kabupaten Bogor, Jawa Barat , Ujang Edi mengatakan, “Daun afrika menurunkan gula darah. Kadar gula darah lebih stabil . Tidak berlebihan atau kekurangan” ujar ujang yang meresepkan daun afrika kepada pasien diabetes, hipertensi, dan stroke.

Panen Daun Afrika SelatanMenurut Ujang Edi, biasanya 3-7 hari pascakonsumsi penderita mulai membaik dengan kadar gula darah yang berangsur-angsur turun. Ada kehawatiran herbal pahit mengganggu ginjal , menurut Ujang Edi bisa disiasati dengan mengolahnya menjadi irisan tipis-tipis bukan bubuk. “Biasanya bubuk yang menyumbat saluran ginjal sehingga kurang baik untuk ginjal. Kalau diiris tipis-tipis tidak berbahaya” ujarnya

Sejak mengonsumsi daun afrika , gula darah Bambang Andi Priana lebih terkontrol. Bahkan untuk sehari-hari ia tak lagi menggunakan insulin . “Dengan mengonsumsi 1 kapsul 3 kali sehari sudah cukup” ujar Bambang . pengalaman Andi juga didukung riset Peter Akah dan rekan dari universitas Nigeria. Peter membuktikan 80 mg ekstrak daun afrika menurunkan gula darah tikus wistar albino dari 125 mg/dl selama 24 jam perlakuan.
Bambang kemudian menyebarkan manfaat daun afrika ke orang lain dengan mengolahnya. Bambang menjemur daun afrika di bawah matahari alias tidak dioven membuat warna daun masih hijau. Menurut Ujang Edi warna hijau menunjukan khasiatnya masih terjaga. “Kalau masih hijau kandungan senyawa berkhasiatnya paling minim 60% sementara kalau warnanya sudah kehitaman kadarnya kurang dari 10%” ujar Ujang.

Bambang memanen dengan cara memangkas semua tanaman tiap 4 bulan. Sementara Syahrial Fauzi, produsen di Banjarmasin, kalimantan selatan juga demikian. Ia memanen saat tanaman rata-rata setinggi 2-3 m. Syahrial memanen 2 kg daun segar dan 500 batang setek sepanjang 20 cm dari 10 tanaman itu. Lukas Tarsono Adi dan koperasi Gerobak Nusantara juga mengembangkan kapsul daun afrika dan hasil penanaman di daerah kecamatan Tenjo, kabupaten Bogor. Di kalangan herbalis , daun afrika masih banyak belum di kenal .

Perawatan kebun daun afrika selatan

Menurut Ujang Edi, daun afrika lebih lazim di kalangan etnis tionghoa dan Korea dan sejatinya sudah masuk di Indonesia sekitar 10 tahun lalu. “Ramai-ramainya baru sekarang saja karena banyak dibahas di media sosial,” ujar Ujang . Khasiat lain daun afrika untuk mengatasi leukemia sebagaimana riset Mutasim khalafalla dari komisi bioteknologi dan genetika, Khartoum, Sudan. (Bondan Setyawan/Peliput: Argohartono Arie R, Desi Sayyidati R, dan M Awaluddin)

Sumber: Majalah Trubus Edisi Februari 2016

Koreksi dan keterangan tambahan artikel yang diterbitkanTrubus.


Dalam artikel tertulis nama Bambang Andi Priana bertempat tinggal di Cibinong Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Yang betul adalah Bambang Andi Prijono bertempat tinggal di Kota bogor. Alamat tepatnya Taman Tirta Cimanggu Blok A3 No. 32, Mekarwangi, Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor.

Dalam lebih dari 3 tahun Bambang Andi Prijono selalu rutin menyuntik insulin sebelum makan dengan dosis 10 unit setiap kali suntik. Dan 1 hari harus melakukan 3 kali suntik sebelum makan. Setelah konsumsi daun afrika sudah tidak rutin menggunakan insulin lagi. Walau demikian Bambang Andi Prijono tetap sedia insulin. Ini digunakan saat makan yang tidak bisa terkontrol, misalnya saat pesta, badan dan pikiran terlalu penat seperti perjalanan jauh dan lainnya. Penyuntikan biasanya hanya sebanyak 4 unit dan saat ini kira-kira dalam sebulan hanya 1-2 kali suntik saja. Sebagai ganti tiap hari Bambang Andi Prijono mengkonsumsi herbal daun afrika ini.

Awalnya Bambang Andi Prijono mendapatkan 3 batang bibit daun afrika dari tetangganya bernama Bpk. Ganip Gunawan. Dia bekerja sebagai konsultan konservasi hutan sawit. Dia mendapat bibit tersebut dari pimpinan perusahaan perkebunan sawit di Sumatera bernama Mr. Long.

Mr. Long adalah juga herbalis dengan keahlian membuat herbal menjadi bentuk cair (herbal tetes).

Perlawanan Bambang Andi Prijono melawan ganggreng dengan Daun afrika Selatan.

Sepatu untuk ganggreng

Di tahun 2012 Bambang Andi Prijono mempunyai problem luka di kaki sebelah kanan. Awalnya hanya kena paku. Kemudian terjadi infeksi dan membengkak. Walau saat itu tidak terlihat luka menganga di kulit ternyata di bagian dalam sudah terdapat banyak nanah. Dokter spesialis bedah di salah satu rumah sakit di bogor merawat luka ini dengan membuka dan mengeluarkan nanahnya. Kemudian seperti standar pengobatan medis, luka itu selalu di perban dan dikasih cairan kalau tidak salah NaCL, yang berguna untuk pertumbuhan sel baru. Anjuran dokter si pasien tidak boleh membuka perban yang ada karena takut kotor dan infeksi semakin menjadi. Dengan demikian perban itu hanya dibuka oleh dokter/perawat yang membantu 2 kali dalam seminggu. Saat penggantian perban pasien harus tidur terlentang maka pasien tidak pernah tahu perkembangan yang nyata tentang lukanya. Hanya ada kecurigaan padanya itu dari isyarat saat dokter membuka perbannya, karena dokter sering menggelengkan kepala. Setelah beberapa minggu berlalu ternyata telapak kaki sebelah kanan Bambang sudah cukup parah, pembusukan menjadi jauh lebih besar dan beberapa tulang sudah kelihatan. Saat itu Bambang mulai ragu dengan penanganan yang ada, karena dokter spesialis yang bersangkutan sudah memberi signal bila perkembangan tetap demikian, telapak kaki lebih bagus dipotong. Itu untuk penyelamatan keseluruhan katanya. Kemudian Bambang berfikir seperti ada kesalahan dalam penanganan sampai kakinya mungkin harus dipotong. Kemudian dia berfikir kalau sama-sama terjadi kesalahan dan menanggung akibatnya sehingga kaki harus dipotong biarlah diri sendiri yang membuat kesalahan. Jangan kesalahan orang lain (dokter) tetapi akibatnya dia yang harus menanggung. “Karena itu kaki saya sendiri” ujarnya. Sejak saat itu Bambang sudah tidak mau ditangani oleh dokter dan mencoba menangani sendiri. Dia mencoba dengan kebiasaan orang dulu, luka itu cepat sembuh bila kering. Dan saat diperban Sepatu untuk ganggrengoleh dokter itu selalu dikasih cairan. Bambang mencoba tidak pakai perban lagi, agar lukanya kena udara. Untuk mempertahankan kebersihan dan gangguan dari serangga, Bambang membuat sepatu khusus untuk dirinya. Sepatu itu sangat terbuka untuk udara tetapi aman dari dari lalat dan serangga lain. Obat yang dipakai juga obat seadanya yang dia pernah dengar, obat tabur putih dan obat tetes cina. Ternyata luka itu memang bandel tidak mau sembuh-sembuh. Kadang kelihatan mau kering tetapi kemudian basah lagi. Pada saat itu dia mendapat informasi dari pengguna kapsul daun afrika. Ternyata bubuk daun afrika sangat bagus untuk penyembuhan luka termasuk ganggreng. Caranya dengan menaburkan bubuk daun afrika langsung ke lukanya. Untuk luka baru rasanya pedih sekali. Dengan informasi itu Bambang sendiri agak ragu-ragu, “masa’ bubuk daun afrika langsung ditaburkan di luka ganggreng yang ada. Apa malah tidak bikin kotor?”. Karena Bambang sudah agak putus asa dengan luka ganggrengnya akhirnya dia nekat saja ditaburkan. Sehari kemudian lukanya ternyata sedikit mengering, tidak terlalu basah seperti biasanya. Dua kali dalam sehari Bambang kemudian menaburkan bubuk daun afrika selatan pada lukanya. Secara perlahan keajaiban terjadi. Daging yang dulu kelihatan membusuk akhirnya pelan-pelan mulai tumbuh. Dan dalam 6 minggu tulang-tulang yang dulu kelihatan sudah mulai tertutup daging lagi dan luka secara perlahan agak mengecil. Sampai akhirnya luka itu benar-benar sembuh. Hanya sayang beberapa jari kaki di tempat itu tidak bisa digerakkan lagi dengan baik.
Di sebagian wilayah di NTT, ternyata daun afrika selatan digunakan masyarakat sebagai penyembuh luka yang sangat manjur.